Catatn Perjalanan di Tana Toraja – Part 2

Chapter 4 : The Graveyard Called Patene

Day 2 . 25 september 2015.

Ok. Ke’te Kesu’ adalah desa wisata yang didalamnya terdiri dari Rumah adat Tongkonan dan Kubur batu purbakala yang berumur sekitar 500 tahun. Terdiri dari 6 Tongkonan dan 12 lumbung padi, sebagian Tongkonan ditempat ini sendiri kurang lebih berumur 300 tahun. Untuk kelokasi ini ga terlalu susah karena letaknya ga jauh dari kota Rantepao, letak persisnya di kampung bonoran, kabupaten Tana Toraja. Untuk Pembahasan Tongkonan nanti akan ada section tersendiri yaa…

Sebelum menuju kuburan ditebing tebing, kita akan melihat beberapa macam kuburan modern yang disebut patene, ada yang bentuknya tongkonan, ada juga yang bentuknya rumah.

IMG_5475

Terlihat sangat jelas peti mati tersebut ada yang diluar dan ada yang didalam goa. Ada yang ditanah, ada juga yang digantung didinding tebing. Bahkan tulang tulang berserakan dijalan karena peti mati yang sudah rapuh. Lalu kenapa dibiarkan begitu saja? Karena memang sudah adatnya tidakboleh memindahkan tulang belulang yang berserakan karena peti yang rapuh tanpa persetujuan adat.

5873

Kalau di Toraja memang kuburan menjadi salah satu spot wisata, jadi jangan heran kalau banyak kunjungan ke kuburan yaa. Oh iya biarpun ini tempat wisata, sebisa mungkin harus jaga perkataan ya untuk menghormati yang sudah meninggal

Peti mati tradisional (disebut erong) yang ada didesa ini ga cuma berbentuk perahu tapi ada juga yang bentuknya kepala kerbau dan babi dengan pahatan disekelilingnya.

5877

Puluhan Tau Tau dikunci dalam pagar besi untuk menghindari terjadinya pencurian boneka yang bernilai mahal dan mempunyai unsur magis, yang ternyata banyak peminatnya. Tau Tau akan saya bahas di bagian tersendiri nanti

Chapter 5 : Tongkonan

Day 2 . 25 September 2015

Kenapa harus section tersendiri? Karena menurut gw butuh penjelasan yang detil supaya kalian bacanya puas! Baek kan gw…hehe… Masi di Kete Kesu, begitu sampai kita akan disuguhi rumah adat Tongkonan dan alang sura yang adalah lumbung padi. Tongkonan disini umurnya kisaran 300 tahun. Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang dibangun diatas kayu dengan ukiran berwarna hitam, merah dan kuning. Berasal dari kata Tongkon yang berarti duduk  . Kalau diperhatikan digambar, ada banyak tanduk kerbau didepan rumah. Hal tersebut menggambarkan status ekonomi warga Toraja. Kenapa begitu? Karena harga kerbau disana sangatlah mahal, ratusan bahkan bisa mencapai milyaran.

IMG_5454

Rumah Tongkonan dibagi menjadi 3 bagian yang pertama adalah bagian kolong (sulluk banua ), bagian ruangan rumah (kale banua) dan bagian atap (ratiang banua). Jenis kayu yang digunakan adalah kayu uru, kayu lokal dari Sulawesi dan berkualitas baik.

Atap tongkonan dibuat dari bambu pilihan yang disusun tumpang tindih yang dikait oleh beberapa reng bambu dan diiket pake tali rotan. Ini keren banget, bahkan cara bikin tongkonan keseluruhan ga pake paku loh. Keren kan! Indonesia emang keren untuk hal kebudayaan!

Chapter 6 : Romeo and Juliet in Londa

Day 2 . 25 September 2015

Kuburan kedua yang gw kunjungi hari ini. Londa adalah sebuah goa alami yang difungsikan sebagai kuburan. Semua peti mati ada yang ditaruh diluar goa, ada yang didalam goa maupun digantung  ditebing tebing. Londa sendiri masih difungsikan sampai sekarang terbukti dengan adanya peti mati yang masih baru yaitu tahun 2010

IMG_5566

Lokasi satu objek wisata ke yang lain sebetulnya berdekatan terlebih lagi ga macet disana, jadi perjalanan makin menyenangkan. Kalau malas nyetir bisa pake agen perjalanan atau sewa mobil beserta drivernya kisaran 400rb sehari. Londa sendiri terletak di desa Sendan Uai, kecamatan Sanggalangi disebelah selatan kota Rantepao

IMG_5567

Begitu masuk kedalam goa, yang terasa adalah suhunya dingin dan ga pengap dannn ga bau mayat padahal isinya tengkorak dan peti mati ratusan tahun. Berbagai jensi peti dan tengkorak menjadi pemandangan yang lumrah disini. Btw, liat sepasang kepala tengkorak difoto atas? Yup itu adalah sepasang kekasih yang bunuh diri karena kisah cinta mereka ga disetujui, karena mereka masi memiliki hubungan saudara. Romeo dan Juliet versi Toraja.

5989
Yang menarik adalah kuburan yang posisinya berada diatas, adalah untuk para bangsawan. Selain karena status, alasan peti ditempatkan diatas adalah supaya harta karun yang ditempatkan dipeti juga tidak dapat diambil oleh para pihak yang tidakbertanggung jawab. Huh! Punya mayat aja masi mao dicolong! Masi ada dua kuburan lagi yang mau gw kunjungi, sekian pembahasan londa yah… Moving to another tomb.😂

Chapter 7 :

Day 2 . 25 September 2015.

Kuburan ke 3 yang gw datengin hari ini adalah Lemo. Yang mempunyai arti Jeruk, Lemo adalah kuburan di dinding tebing bukit tinggi yang dipahat dengan sabar berbulan bulan! Lemo sudah ada dari abad ke 16 yang digunakan untuk kuburan kepala suku Toraja ataupun para bangsawan.Semakin dipelajarin, emang baru sadar kebudayaan indonesia ini gokil. Menurut gw, kuburan adat Toraja ini emang exceptional kerennya. Lemo sudah muncul sejak dulu dan udah jadi tempat wisata yang memukau. Kubur batu yang bersandar sama tebing dan dikelilingi oleh hamparn sawah yang cuantikkkk haha

6015
Ada lebih dari 70 lubang kubur di tebing ini. Dengan ukuran 3 x 5, satu lubang untuk 1 keluarga. Bahkan dibeberapa tempat bisa terlihat tumpukan petimati yang menggambarkan satu garis keturunan. Kata warga desa Lemo, kuburan tertua di tempat ini adalah tetua adat bernama Songgi Patalo.

Jangan lupa ya mampir ke tempat pembuatan TaoTao (apaan sih? Nanti gw bahas disection tersendiri) sambil nikmat udara sejuk di tengahtengah sawah. Untuk yang mao beli oleh oleh baju, syal atau ukir ukiran khas toraja bisa beli disini juga loh. Ok sekarang gw mao ke situs kuburan selanjutnya yaaa muachhhh😘😘

Chapter 8 : The Baby Grave

Day 2 . 25 September 2015.

Kuburan bayi. ok. Saat gw denger Kambira adalah kuburan bayi, jujur gw agak merinding. Kambira adalah sebuah desa yang terletak tenggara Rantepao. Sebuah kuburan unik yang merupakan sebuah pohon yang besar ditengah tengah area kebun yang dikelilingi oleh pohon bambu. Kuburan bayi ini disebut Passiliran. Hanya bayi yang belum tumbuh giginya yang dikubur di Pohon Tarra ini. Kenapa begitu? karena bayi bayi tersebut dianggap masi suci. Pemilihan pohon Tarra pun bukan tanpa alasan. Banyaknya getah dari pohon tersebut dianggap sebagai pengganti air susu ibu. Dan mereka beranggapan seolah olah bayi tersebut kembali kedalam rahim ibunya. Dengan harapan, pengembalian bayi bayi tersebut bakalan selamatin bayi yang akan lahir nanti.

 

IMG_5560

Pohon Tarra yang jadi tempat pekuburan ini punya diameter sekitar 80 – 100 cm. Bisa kelihatan jelas lubang lubang dipohon tarra tersebut yang lubangnya ditutup dengan ijuk pohon enau. Adat pekuburan bayi ini dilakukan oleh orang Toraja pengikut  Aluk Todolo. Menurut warga setempat, pelaksanaan upacaranya sangat sederhana, bayi dikuburkan begitu aja tanpa dibungkus dan tanpa peti mati. Seperti kuburan kuburan disitus lainnya, posisi kuburan juga menentukan strata sosial. Semakin tinggi letak kuburannya, semakin tinggi derajat keluarga bayi tersebut.

Chapter 9 : The Doll

Day 2. 25 September 2015.

Salah satu keunikan adat Toraja adalah boneka TauTau. Merupakan manifestasi dari orang yang sudah meninggal dan biasanya terletak disekitar jenazah dimakamkan. Berasal dari kata Tau yang berarti orang. Pengulangan suku kata Tau mempunyai arti menyerupai, sehingga TauTau bearti orang orangan. Karena penasaran, pada saat berkunjung ke situs Lemo, gw menyempatkan diri ketempat pembuatan TauTau.

Jujur gw luar biasa kagum karena boneka TauTau dibuat persis dengan almarhumah, dipahat dengan sabar dan telaten. Hebattttt!!! oh iya, biaya pembuatannya juga ga murah loh. Pertama adalah pemilihan pohon nangka, yang digunakan untuk kaum bangsawan. Pohon nangka nya juga ga sembarangan, harus diambil dari hutan, dipilih oleh orang khusus, didoain dan juga disertakan dengan penyembelihan babi dewasa. Selesai ditebang, barulah dibawa ke pengrajin TauTau yang sudah ditentukan oleh pihak keluarga.

IMG_5563

Nah sebelum proses pembuatan TauTau diperlukan pemotongan satu babi dewasa lagi. Proses pembuatan dimulai dari kepala, leher, badan dan tangan. Sebelum kebagian kelamin, harus ada pemootngan satu babi dewasa lagi. Jadi pembuatan tautau memerlukan pemotongan 3 babi. Untuk jasa sipenbrajin TauTau, akan diberikan sebuah kerbau dewasa (harga kerbau diToraja mahal banget)

Oh iya, TauTau ini ga bisa dipesan sebelum orang tersebut meninggal ya. Tabu!!! Pemesanan TauTau juga baru bisa dilakukan setelah keluarga yang berduka mengadakan pesta Rambu Solo. Sebuah pesta kematian yang diadakan untuk menghormati yang sudah meninggal. Pesta Rambu Solo membutuhkan sedikitnya 24 kerbau, harga yang dikeluarkan untuk pesta ini juga tidak main main, bisa mencapai milyaran! Tapi begitulah keunikan adat Toraja. Gw sendiri luar biasa kagum waktu dengerin adat di Toraja.

Yang mau beli souvenir TauTau bisa juga beli dibengkel TauTau ini. Jangan khawatir, untuk souvenir beda kok prosesnya, ga perlu pake pemotongan babi, dll. Ini purely hanya untuk oleh oleh. Tersedia juga miniatur TauTau sehingga para pengunjung bisa membawa pulang dengan gampang. Nah, menarik banget kannn….beneran deh, gw aja ampe terkagum kagum waktu disana. Sama sekali ga ada ruginya berkunjung ke Toraja, so many things to learn…


2 respons untuk ‘Catatn Perjalanan di Tana Toraja – Part 2

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s