Chapter 10 : You Ain’t Rich Until You Have It
Day 3. 26 September 2015
Dari hari pertama sampe di Toraja, gw uda disuguhi sama kisah kisah si kerbau ratusan juta hingga milyaran. Langsung gw bilang sama guide, “Gw mao lihat kerbau milyaran itu!” dan guide gw berkata “OK hari ketiga kita kesana”. Pasar Bolu sebetulnya ga ada di itinerary kami, tapi karena penasaran, jadi disempet sempetin mampir kesini untuk ngeliat kegiatan jual beli babi dan kerbau.
Kami termasuk beruntung karena mampir ke Toraja bertepatan dengan hari pasar Rantepao, hari pasar di Toraja jatuh pada 6 hari sekali bergantian di 6 pasar besar. Jadi ga setiap hari ada kegiatan jual beli kerbau yang mahal ini. Biarpun judulnya ke pasar, gw tetep harus keliatan cakep supaya ga kebanting sama kerbau ratusan juta haha.
Sekitar pukul 8 pagi kami menuju pasar Bolu. Saat mulai mendekati pasar, problema yang sama terjadi disemua pasar. Yap! jalanan macet dan susah cari parkir. Setelah sempet muterin pasar sekali, kami memutuskan untuk parkir yang agak jauh dari pasar. Sembari berjalan menuju lokasi jual beli kerbau, gw menikmati kegiatan jual beli yang terjadi dipasar. Kopi, tuak, makanan babi menjadi pemandangan yang wajar dipasar Bolu. Beberapa souvenir khas Toraja juga bisa ditemui ditengah pasar dengan harga yang lebih murah dari Rantepao

Satu hal yang disesalkan adalah, gw ga berkesempatan untuk lihat langsung upacara Rambu Solo. Menurut bapak penjual kerbau, banyaknya upacara adat menyebabkan permintaan babi dan kerbau menjadi meningkat. Mahalnya kerbau bergantung pada belangnya dan tanduknya. Semakin bule kerbau tersebut, maka semakin mahal harganya. Dan perawatan kerbau ini juga ga main main loh. Beda dengan kerbau sawah yang jorok, tedong bonga ini bersih banget dan lucu lucu pinky haha. Oh iya, jangan lupa untuk nyobain Tuak Toraja ya. Ada dua jenis tuak, yang manis dan yang pahit. Tuak yang manis ga ada alkoholnya, sedangkan tuak yang pahit (walaupun sebutannya pahit, trust me, rasanya enak kok asem asem gitu) ada sedikit kadar alkoholnya. Harganya juga murah banget, 1 botol aqua tuak kisaran 10ribu. Wajib dicoba yak!
Chapter 11 : Lost in Toraja
Day 3. 26 September 2015.
Setelah puas ngeliatin Tedong Bonga, maka tujuan selanjutnya adalah Batutumonga. Muter sana Muter sini eh malah nyasar ke situs kuburan keren lainnya. Lokomata. Tapi jangan khawatir, pemandangan selama perjalanan kesini ajib mampus! keren! Jujur tempat ini ga ada di itenireray kita, tapi ya dasar emang mujur, nyasar deh ke kuburan ini. Letaknya kurang lebih 30km dari Kota Rantepao, jalanan menuju Loko Mata termasuk mulus, bahkan beberapa jalan baru aja kelar diaspal.
Loko Mata mempunyai arti lubang. Sebuah kuburan didalam batu yang amat sangat besar. Sebuah bath besar yang dilubang lubangi untuk dijadikan kuburan. Dalam sebuah lubang bisa berisi satu atau beberapa jenazah. Dan biasanya merupakan 1 keluarga. Sepanjang perjalanan, kalian akan melihat kuburan kuburan batu serupa dalam versi yang sangat kecil. Pembuatan lubang ini memakan waktu sekitar 6 bulan hingga 1 tahun tergantung pada besarnya ukuran lubangnya.
Loko mata ini bukan seperti Kete Kesu yang merupakan situs peninggalan kuburan 500 tahun lalu. Loko Mata bisa digunakan juga untuk tempat pekuburan yang baru meninggal. Salah satunya ada satu nenek yang bener bener masih baru, sekitar 2 hari yang lalu. Ok sampai disini dulu ya ceritanya, nanti akan berlanjut kisah nenek ini saat di batu tumonga.
Chapter 12 : Village Upon the Clouds
Day 3. Seperti yang uda gw bahas sebelumnya, perjalanan ke batutumonga berbuntut nyasar ke Loko Mata. Setelah selesai dari loko mata pun kami masih nyasar. Biarpun judulnya nyasar, tapi kami sama sekali ga kecewa karena sepanjang perjalanan kami bisa meihat warga desa sekitar, tongkonan, sekolah sampai anak anak yang sedang berjalan kaki menuju sekolah. Tibalah kami disatu resort dengan tujuan mao ngaso dulu sambil nanya nanya. Begitu gw masuk ke dalam, tiba tiba ada yang manggil “pak hendra” , sempat bengong bentar dan akhirnya gw sadar siapa yang manggil. Yap. Rekan sekerja gw dibank swasta dulu, Tanpa basa basi, kami langsung nyerocos nanya a sampe z. Beberapa fakta hasil interview adalah
- dia adalah anak dari owner resort tersebut
- neneknya baru saja diadakan upacara rambu solo dan 2 hari sebelumnya dikuburkan di Loko Mata (and i was like damn! wish i met him sooner)
Berjarak sekitar 30 km dari kota Rantepao, Batutumonga merupakan sebuah desa dengan ketinngian 1400 M diatas permukaan laut. Dari sini kita bisa melihat pemandangan yang luar biasa, sawah dan view kota Rantepao secara keseluruhan. Dan jangan lupa julukan yang diberikan kepada Batutumonga adalah negeri diatas awan. Sayang sekali saya hanya bisa meliat dari gambar saja karena gw sama sekali ga melihat lautan awan itu hix hix. Saat yang baik melihat lautan awan tentu saja dipagi hari, sehingga saran saya adalah menginap disini untuk bisa melihat sunrise dan lautan awan

Setelah puas di batutumonga, kami meninggalkan hotel dan temen gw untuk menuju ke Bori Paringin. Baru sebentar mobil kami meluncur, tiba tiba semua kendaraan dihentikan. Akhirnya kami memutuskan untuk turun dan melihat ada apakah gerangan (maklum blogger harus kepo sama semua situasi lolz). Ternyata oh ternyata, i got jackpot! Semua kendaraan dihentikan karena sedang ada prosesi mengiringi jenazah kekubur batu. Biarpun bukan ngeliat Rambu solo secara lengkap, bisa liat prosesi ini aja uda seneng banget.
Kalau biasanya prosesi penguburan diiringi dengan air mata, maka ini sebaliknya. Teriakan teriakan yang nyaring dan bersahut sahutan membahana disepanjang jalanan. Jenazah diangkut dengan tandu dan sepanjang perjalanan akan diiringi dengan kehebohan para anak anak dengan menggoyang goyangkan tandu hingga jatuh. Kemudian tandu akan diangkat lagi dan sambil meneruskan perjalanan, anak anak itu akan melakukan hal yang sama. Semakin mendekati kubur batu, hingar bingar semakin terdengar seru, lempar lemparan air pun terjadi. Sebuah pesta rakyat yang mengiringi jenazah sebelum meninggalkan dunia ini. Sebuah adat yang memukau saya pribadi. Setelah selesai, kami pun masuk kembali kedalam mobil dan meneruskan perjalanan ke Bori Parinding.
Chapter 13 : Cross on The Hill
Day 3. 26 September 2015
Perjalanan semakin sore, tinggal 2 spot lagi untuk dikunjungi hari ini. Salah satunya adalah Situs Megalitikkum Bori Parinding. Pemandangan batu batu menhir yang menjulang tinggi, langsung menangkap mata saya. Selintas langsung terbersit “ok gw mao foto gaya apa dan dari arah mana” lol. Dengan harga tiket 30,000 , kami langsung masuk kekawasan tersebut dan mengagumi situs tersebut. Ga semua batu menhir berbentuk phallus ini asli berasal dari lokasi ini, beberapa memang sudah ada dilokasi dari ratusan tahun, tapi beberapa merupakan koleksi baru yang berasal dari lokasi lain dan diangkut ketempat ini.
Batu batu ini juga digunakan untuk mengikat kerbau kerbau yang dikorbankan saat upacara Rambu Solok (masi inget kan ini upacara apa? kalo lupa monggo ke catatan blogku yang sebelumnya hehe). Selain ada batu batuan menhir, juga bisa terlihat beberapa Lake’an yaitu tempat untuk taro jenazah dan Balaka’an yang merupakan tempat untuk membagikan daging kerbau dan babi kepada para kerabat.
Untuk yang belum sempet ke situs pekuburan lainnya, disini juga bisa melihat kubur batu yang tersohor sebagai bagian dari adat Toraja. Berhubung gw uda banyak ngeliat kuburan hari ini, jadi ga terlalu eksplore sampai ke atas. Selain kubur batu, disini juga ada kubur bayi seperti Kubur Bayi Kambira.
Setelah puas jeprat jepret dikawasan ini, kami pun bergerak ke Bukit Singki Kota Rantepao. Salib raksasa yang dibangun dibukit ini menjadi salah satu icon di Toraja. Diresmikan oleh Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo pada tahun 2012. Dengan biaya sekitar 6 milyar, Salib raksasa ini menjadi yang pertama di Sulawesi.
Untuk mencapai puncaknya butuh sedikit usaha, yaitu dengan menaiki tangga yang lumayan bikin ngos ngosan. tapi begitu sampai diatas, semuanya akan terbayarkan. Pemandangan kota rantepao menjadi view utama ketika mencapai puncak Bukit Singki. Apalagi kalau mencapai puncaknya saat sore menjelang sunset, keren deh pokoknya.
Nah selesai sudah trip Toraja di hari ketiga. Ga ada kata lain selaen puas, puas dan puas. Saatnya kita makan malem dan balik ke hotel. Dan besok udah hari terakhir kami di Toraja. sampai jumpa besok yooo
Chapter 14 : A Tragic Story
Buttu Kabobong atau yang lebih dikenal dengan nama Gunung Nona merupakan gunung dengan bentuk yang unik dan eksotis. Disebut gunung nona karena bentuknya yang unik yaitu seperti alat kelamin wanita. Well, setelah diliat diliat emang mirip sih haha. Sembari menikmati indahnya gunungunik tersebut, kami pun sambil sarapan indomie. Pagi pagi buta sambil ditemani sunrise yang mulai muncul disela sela gunung, nikmatnya indomie pun semakin melengkapi pagi yang indah itu. Udah pasti indah lah ya secara lagi jalan jalan haha.
Kisah Gunung Nona sebetulnya cukup memilukan dan tragis. Kira kira begini ringkasannya. Sebuah kisah yang terjadi disebuah kerajaan di kabupaten Soppeng. Sang Raja memiiki seorang putri yang cantik dan cerdas. Setelah dewasa, sang putri akan dinikahkan dengan Pangeran dari tanah Suppa. Kedua orang tua pun sepakat untuk menikahkan anak anak mereka. Dan saat itu aturan yang berlaku untuk pernikahan adalah aturan orang tua. Akhirnya sang putri pun mendengar rencana pernikahan ini. Sang putri shock karena dia tidak terima jika harus menikah dengan pria yang belum pernah ditemuinya. Apa daya sang putri tidak memiliki kuasa untuk mencegah pernikahan itu hingga akhirnya sehari sebelum pernikahan, sang putri pun melarikan diri. Tentu saja peristiwa ini menyebabkan kemarahan besar Raja dari tanah Soppeng. SEmua dikerahkan untuk mencari anaknya itu.
Akhirnya prajurit yang diutus berhasil menemukannya di daerah utara, Tunggu dulu, ternyata sang putri tidak sendirian. ia bersama dengan lakilaki dari tanah massemrepulu bernama Tandu Mataranna. Sang lelaki mengatakan selama dia hidup tidak ada yang bisa menyentuh sang putri. Kejadian ini dilaporkan kepada sang Raja. Sang Raja pun mengutus penghulu sebagai penegah antara prajurit dengan lakilaki dari tanah massemrenpulu. Setelah perundingan panjang terjadilah kesepakatan yaitu Sang putri akan dibawa ke soppeng dalam keadaan bernyawa. Ternyata prajurit itu mengingkari janji, saat pengulu dan Tandu Mataranna itu sedang berunding, prajurit menebas badan sang putri. Kontan Tandu Mataranna pun marah dan membabi buta menghabisi semua prajurit yang ada.
Badan Putri pun terbagi dua. Bagian pusat hingga kepala jatuh dan terbawa arus sungai Mata Allo. Sedangkan bagian bawah dalam keadaan terlentang tetap berada didaerah tersebut. Bagian bawah inilah yang akhirnya menjadi gunung nona. Kisah memilukan karena penjodohan, cinta dan penolakan.
Fiuh, sekiannya yah dongengnya….selanjutnya kami akan kembali ke kabupaten Maros untuk ke Bantimurung dan akhirnya Airport Sultan Hasanuddin.
Chapter 15 : Butterfly in Goodbye
Perjalanan sekitar 8 jam kembali kami jalani menuju Kabupaten Maros dari Tana Toraja. Sebelum mencapai lokasi Bantimurung, tentulah kita harus lunch dulu. Menu kali ini adalah seafood, tinggal tunjuk maka siap dibakar. Disajikan dengan sup yang uenakkk, terpuaskanlah lidah kami. Sambil ditemani lagu lagu sang penyanyi jalanan, kami menikmati makan siang terakhir kami di Makasar.
Sepanjang perjalanan, kalo ngeliat spot bagus maka kita ga ragu ragu untuk minta driver stop (maklum yang dimobil gw ada fotografer dan model wannabe yaitu gw lol). Sempet berhenti didaerah sekitar Leang leang untuk foto foto sejenak sebelum akhirnya kedestinasi terakhir
Taman Nasional Bantimurung. Yang ada diotak gw adalah tempat ini merupakan tempat penangkaran kupu kupu. Jadi, ketika masih dijakarta, gw uda kebayang bayang akan difoto sambil dikelilingi kupu kupu. OH, How Vogue Cover is that??? Semuanya hancur ketika gw denger lagi bukan musimnya kupu kupu. OK gw mulai lebay! whatever! ha..ha.. Ditempat ini sedikitnya ada 20 jenis kupu kupu yang dilindungi oleh pemerintah. Menurut penelitian yang dilakukan Alfred Russel Wallace dari tahun 1856 – 1857, dilokasi ini terdapat sedikitnya 250 spesies kupu kupu. Selain tempat penangkaran kupu kupu, Bantimurung merupakan tempat wisata dengan luas kurang lebih 43.750 Ha yang terdiri dari 2 gua dan air terjun. Dan yang uniknya lagi, tempat ini juga merupakan tempat wisata waterpark semacam waterboom gitu. Terus apa yang bikin unik? well, waterpark ini merupakan sungai yang ditata sedemikian rupa sehingga menjadi kolam renang dan berujung pada air terjun. 2 kata, keren dan kreatif!


Selain Waterpark, disini ada juga wisata gua batu dan gua mimpi. Gua batu Bantimurung, terletak sekitar 800 meter dari air terjun Bantimurung. Jalan menuju gua ada disebelah kiri air terjun, sesampainya diujung kita akan menaiki tangga setinggi 10 meter. Disamping gua ini persis ada yang namanya Danau Toaloka, dahulu dibuka sebagai tempat wisata, namun karena banyak memakan korban sekarang dipagari agar tidak lagi terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Nah, kalian jangan nekad dan bandel yah hehe
Nah jangan lupa kudu sewa senter atau petromax karena didalem gelap mampus. Sewa senter seharga 10 ribu dan sewa petromax seharga 50 ribu rupiah. Udara pengap mulai terasa sejak dipintu gua batu, semakin kedalam udara semakin pengap dan tentu aja gelap! Bahkan beberapa lokasi haru sampe jongkok nunduk nunduk, belum lagi becek didalem gua yang bikin gw harus hati hati, malu kan kalo ampe jatuh. Berhubung terkenal mistis, jadi gw lumayan deg deg ser juga haha. Jadi ada apakah didalem gua batu, yang akan kita lewatin pertama kali adalah Goa jodoh, konon kalo bawa pasangan kesini dan naik ke cekungan untuk memanjatkan doa bisa lancar…car…car… haha. Berhubung gw sama temen temen, jadi yah kaga pake naik naik ke cekungan deh.
Selain goa jodoh, ada juga tempat bertapa Raja Bantimurung yang berupa cekungan yang muat dan pas untuk satu orang. Lalu, ada juga sumber air tawar yang konon menawarkan kesehatan dan awet muda. Akhir kata, semua ini hanyalah mitos, bisa benar atau bisa juga tidak, kembali lagi kepribadi masing masing. Percaya ga percaya, tolong dihormati aja ya, toh semua kembali ke Tuhan Yang Maha Esa. Nah selain gua batu, ada satu lagi yang disebut gua mimpi. Kata petugas, menelusuri gua mimpi agak bahaya dan butuh waktu. Well, karena waktu sudah tidak mencukupi maka berakhirlah sudah perjalanan kami. Jangan lupa untuk yang mau beli oleh oleh, hadiah unik seperti kupu kupu yang diawetkan bisa dibeli di lokasi sebelum masuk ke Taman Nasional Bantimurung. Jarak menuju bandara Hasanuddin berkisar 20 km. So, Yukk Cussss
Ok. Here it Is, the end of my journey in Tana Toraja. The land of The Kings. 4 hari yang memukau gw, banyak cerita yang gw dapetin selama trip. Bahkan bisa ketemu temen lama yang ga disangka sang ketemu di Batutumonga. How cool is that? By the way, gw cerita sedikit ya mengenai 2 sosok yang ada difoto diatas. Joan dan Andy, dua orang gila merangkap photographer yang gw kenal saat gw trip ke Teluk Ciletuh. Karena mereka jugalah gw akhirnya ikut ke Toraja. 2 orang gila yang selalu bikini gw ketawa dan selalu bersedia fotoin gw. Thank You juga untuk Kili Kili Adventure yang udah provide trip ini. Again, guys love you all and thank you for this wonderful 4 days. Will be back for more to explore Sulawesi. See you all
nice for artikelnya gan….
SukaSuka
Makasi gan
SukaSuka
berharap ane bisa kesana 🙂
SukaSuka
Pasti bisa sis ga terlalu mahal kok kesana
SukaSuka
Kerbaunya beneran kek gitu gan?? kok lucu yah
SukaSuka
Beneran gan…mahalnya ga kira kira
SukaSuka